Oleh: Melati Lovebird
Malam ini saat hatiku tengah resah. Kembali mengenang masa
lalu yang silam. Engkau, si Burung Merpati yang tak sengaja datang, hinggap
dalam sangkar. Burung yang tak sepasang, tertengger dengan pesona dan suara
merdunya.
Kuingat kisah dahulu, masa-masa di sekolah kita. Aku hanyalah
seorang biasa, yang tak punya rasa, hanya ada ceria. Ternyata diam-diam kau
hadirkan gelora, walau tak pernah kau ungkap sebelumnya. Duhai Merpati, setelah
kita terbang berjauhan, tiba-tiba saja bersua dalam badai yang tak
bergelombang.
Engkau si Burung Merpati, ingin kusambut cerita hatimu. Namun
batasan masih jua membelenggu, dalam diriku dan juga dirimu. Sangkarmu bukanlah
sangkar yang megah. Kau hanya baru hinggap sebentar saja. Tapi aku bahagia,
saat kau terbang mendekat, kau singgahi sarang yang kubuat, hingga kau teduhkan
hati untuk hinggap, walau semua hanyalah dalam batas yang singkat.
Wahai kau Burung Merpati. Bila Tuhan menghendaki aku untuk
melabuhkan hati, dan kulupakan semua cerita sunyi dan sepi, ingin kuukir kisah
ini dengan iman yang menjadi saksi. Tak ingin kunodai dengan langkah yang tanpa
pasti. Tapi kuingin melabuhkan dengan cara yang suci.
Teruntukmu wahai Merpati. Biarkan ungkapan ini memiliki
arti. Biarkanku menyembuhkan luka yang terdayat duri, hingga dapat utuh kupersembahkan
dikemudian hari, untukmu duhai Merpati…
Dalam lantunan
kegundahan, syair pun kulukiskan
Untuk ungkapan
sang Merpati
Di malam sepi
mengukir hati
Banda Aceh, 26
November 2012
(N-10.27 pm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar