Masa lalu yang tak selamanya indah, menuai kisah yang terkadang hanya menjadi lembaran-lembaran buku kehidupan yang berdebu tanpa rawatan. Untaian syair yang kuabadikan hanya melukiskan kenangan silam. Ketika aku menjadi "Embun Pagi", kepada Sang Pujangga...
"Lihat bagai mana
sepajang malam ku jaga tidur mu,
Satu persatu
kubuktikan tiap ucapanku dan janjiku tiada berbalas
Tiada berharap
hanya menberi, terus menberi,menjaga terus menjaga, melindungi, terus melindungi
sampai waktu memanggil ku, dan itulah cinta yang agung tiada bersyarat
agung, suci, indah dan iklas,..dan bila sampai waktu ku hanyalah kenangan lah
yang tersisa,..dan catatan pada sejarah, bahwa setelah kisah remeo dan juliet
tiada,setelah sam pek ing tay, usai, rojali dan juleha tiada,.
masihlah ada tersisa hati ini seperti di bumi,..memuja tampa harus berharap memiliki, inilah catatan pada malam,getaran yang tertulis dengan kesadaran yang dalam tentang cinta,yang di hantar gugurnya pohon kamboja,berhembusnya angin di penghujung tahun, dalam badai dan hujan mengantar sang pengembara sepi,..menuju keabadiaan sepi,.dengan tiada sesal hanya senyum damai dari hati suci pada alam yang sunyi,..Untukmu Embun pagi ku...."
masihlah ada tersisa hati ini seperti di bumi,..memuja tampa harus berharap memiliki, inilah catatan pada malam,getaran yang tertulis dengan kesadaran yang dalam tentang cinta,yang di hantar gugurnya pohon kamboja,berhembusnya angin di penghujung tahun, dalam badai dan hujan mengantar sang pengembara sepi,..menuju keabadiaan sepi,.dengan tiada sesal hanya senyum damai dari hati suci pada alam yang sunyi,..Untukmu Embun pagi ku...."
-Sang Pujangga-
(13 November 2010, 5.04 AM)
"Hatiku bagai buku
yang terbuka,aku begitu mudah kau baca, tak ada rahasia yang ku pemdan, hanya
lembaran masa lalu, yang ingin kuhapus, lewat tanganmu"
"Kau hilang entah
di mana tampa aku tau,entah apa sebabnya,.. akhirnya, terjawab juga waktu
ku,dermaga itu tetaplah sepi. Karena engkau pergi dalam diam"
-Sang Pujangga-
"Senyuman di pagi
hari hangat terasa menyentuh di kalbu ku,..yang gersang,ku uraikan lewat
kedalaman hati,telah ku baca ternyata akhirnya,kehadiran ku hanya
sebatas, keinginanmu, maafkan diriku,terlalu berharap pada ruang hampa,
kau bagaikan dewi terlalu tinggi berada di suawargaloka, kupuja namun tiada dapat kugapai, meski telah lelah ujung tangan ku megapai-gapai hati mu, meski telah ku lewati malam-malam sepiku, hari -hari bahagia bersama mu telah ku lewati,namun tetap saja kau tiada dapatku, kusentuh walau hanya hembusan angin mu,.duuh jauah nian kau embun pagiku"
kau bagaikan dewi terlalu tinggi berada di suawargaloka, kupuja namun tiada dapat kugapai, meski telah lelah ujung tangan ku megapai-gapai hati mu, meski telah ku lewati malam-malam sepiku, hari -hari bahagia bersama mu telah ku lewati,namun tetap saja kau tiada dapatku, kusentuh walau hanya hembusan angin mu,.duuh jauah nian kau embun pagiku"
-Sang Pujangga-
"Sungguh iklaskan
semua yang ku jalani,karena sandaran ku hanyalah,kemuliaan seperti yang kita
pahami,.menberi tampa harus berbalas,mencintai tampa harus memiliki,karena
cinta adalah cinta berdiri di atas keagungan,kemuliaan,kesuciaan,kemurniaan,dia
tiada bersyarat apapun,.kini seperti saat kau temukan,.lelaki pengemabara sepi
itu menghabiskan malam melewati lampu-lampu mercury,dan debu-debu kota sendiri
dalam rinai hujan,menbaca dan terus meraba makna kedalaman hati mu,tiada lagi
tempat yang harus dia singgahi,karena pintu hati telah tertutup hanya untuk
nama 'Embun Pagi'.. (ku yakini itu)"
-Sang Pujangga-
-Sang Pujangga-
(25 Januari 2011 at
9 am)
“Tidakkah
kau lihat hujan di luar sana
Begitulah
hatiku
Dingin dan
beku
Lihatlah,
lihatlah langit di sana
Kelam,
mendung
Kau hantar
jalan bahagia,
Lalu kau
tinggalkanku sendiri”
-Sang Pujangga-
(23 Maret 2011 at
12.07 pm)
“Kembara
hati ingin bercerita tentang dua hati berlabuh di dermaga
Namun tiada
menggapai
Saksi cinta
hanyalah di dermaga
Kisah kita
membiru
Di dermaga
mengisi kenangan hidup kau dan aku
Inilah
kenangan biru”
-Sang Pujangga-
(31 Maret 2011 at
9.35 am)
“Pagi,
embunku,
Kehilanganmu
sesaat coba kupahami walau risau dengan beribu pertanyaan
Kucoba
pasrahkan jawaban pada Allah.
Hanya
harapan titip cintaku…”
-Sang Pujangga-
(26 Desember 2010 at
9.11 am)
“Malam ini
kubiarkan berlalu
Memahami
dengan cinta yang tulus dan seluas samudera
Agar tak
ada lahir rasa sakit
Tak pernah
habis dan tak habisnya kasih ini untukmu
Mengantar
tidurmu dengan kedamaian…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at
12.04 am)
“Lihat aku
telah berada di penghujung malam
Tapi tak
dapat kurebahkan hatiku, jiwa pengembara
Mencoba
mengetuk hatimu yang terkadang sangat sulit untuk kuraih…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at
4.11 am)
“Cinta
seluas samudera,
Bagai kasih
sayang seorang ibu pada anaknya,
Tiada
pernah berbalas dan meminta lebih
Selain
cintamu.
Setiap
lukamu ingin kubalut dengan kasihku,
Setiap
lelah izinkan aku membalut setiap peluhmu
Tenangkan
dirimu pada cinta yang seluas samudera ini…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at
12.35 pm)
“Ingatlah
hari ini,
Bersama
kita perjuangkan cinta kita.
Ku basuh
air matamu, kau basuh air mataku.
Lelah sudah
jiwamu dan jiwaku
Kukuatkan
hatimu, kau kuatkan hatiku
Cukup sudah
air mata ini,
Istirahatlah
hati yang lelah…”
-Sang Pujangga-
(06 Januari 2011 at
01.15 am)
“Aku
menemukan jalan Kekasih Agung itu saat bersamamu,
Aku temukan
kedamaian dalam dekapan kasih sayang Khalik saat bersamamu,
Aku telah
lewati badai dan kerikil ini juga saat bersamamu,
Bagaimana
mungkin aku akan rela melepaskanmu…”
-Sang Pujangga-
(06 Januari 2011 at
09.01 pm)
“Hujan
membawa sepi.
Gerimis
membawa air mata.
Surya
membawa tawa.
Mentari
hilangkan cahaya.
Entah
dimana hatimu kini berada”
-Sang Pujangga-
(25 April 2011 at
09.56 pm)
“Kembara
hati ingin bercerita
Tentang dua
hati berlabuh di dermaga
Namun tiada
menggapai
Saksi cinta
hanyalah di dermaga
Kisah kita
membiru
Di dermaga
mengisi kenangan hidup kau dan aku
Inilah
kenangan biru”
-Sang Pujangga-
(31 Maret 2011 at
09.35 pm)
“Hujan di
luar jendela
Mencari
jawaban antara keraguan dan kepastian
Tak ingin
ada rinai di hatimu
Karena
indah senyummu indahkan hariku
Saat
bersama usai hujan reda,
Merpati itu
pun beranjak kelangit biru”
-Sang Pujangga-
(24 Maret 2011 at
08.55 pm)
“Tidakkah
kau lihat hujan di luar sana
Begitulah
hatiku
Dingin dan
beku
Lihatlah
langit di sana
Kelam dan
mendung
Kau hantar
jalan bahagia padaku
Lalu kau
tinggalkan aku sendiri”
-Sang Pujangga-
(23 Maret 2011 at
12.07 pm)
“Lembayung
di malam hari
Tiada akan
pernah hadir di batas cakrawala
Namun
mengapa ia tetap ada
Tersungkur,
terjatuh, sakitpun ada
Mengapa kau
tetap ada di sini
Diruang
rindu dan hatiku”
Sang Pujangga-
(15 Maret 2011 at
1.55 am)
“Kau dekat,
sangat dekat sekali di hatiku
Namun kau
begitu jauh untuk ku raih
Suaramu,
tawamu, kasihmu
Masih
begitu terasa di sini
Tapi
bagaikan fatamorgana
Tak dapat
tersentuh”
Sang Pujangga-
(14 Maret 2011 at
05.58 pm)
“Menanti di
ujung asa
Sampai
hujan reda basahi diri
Coba
larutkan segala kesal dan lelah
Berharap
alam bijak kembali bijakkan diri
Walau di
tipisnya nyanyian pelangi
Kutunggu
kau di ujung dermaga
Sampai kau
kembali”
Sang Pujangga-
(11 Maret 2011 at
10.27 pm)
“Rinai
hujan bersatu denga rinai hatiku
Menembus
dinginnya hujan
Kuteriakkan
namamu pada laut
Nisbikan
kegilaan
Yang telah
kau persembahkan secara utuh padanya
Dan bukan
untukku”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at
8.43 pm)
“Jarak dan
ruang yang terpisah
Semoga
dapat melunakkan amarah yang tak ku mengerti itu
Cepatlah
sembuh engkau embun pagiku
Lembut nian
hatimu
Keras nian
prinsipmu
Biarkan
letih tanganku
Menggapai
hatimu”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at
6.53 pm)
“Hujan
turun sore ini
Adalah
catatan hujan dalam rinai ke sekian kali
Dan kau
kuharap pergi dalam catatan amarah yang tak ku mengerti
Semoga
jarak yang jauh dapat menenangkan hatimu”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at
6.53 pm)
“Deru kapal
tua
Tali
mengait
Langkah
gontai luka
Bersit-bersit
dalam jiwa
Menggapai
dirimu entah sampai kapan”
Sang Pujangga-
(06 Maret 2011 at
3.10 pm)
“Akhirnya
terpuruk kembali
Sunyi
menjadi teman abadi
Amarah tak
mampu ku terjemahkan
Karena
alasan yang pantas tak mampu kutemukan”
Sang Pujangga-
(06 Maret 2011 at
3.08 pm)
“Kapan pun
kau ingin kembali,
Kembalilah..
Basuhlah
lelahmu,
Rebahkan
dalam teduhnya kasihku
Kapan pun
kau ingin kembali,
Kembalilah..
Aku masih
tetap menunggumu”
Sang Pujangga-
(05 Maret 2011 at
11.54 pm)
“Semakin
kau jauh berlari dariku
Tak kan
pernah aku pergi dari sisimu
Dan aku tak
perlu pergi berlari
Karena ku
sadari kau tetap ada di hati”
Sang Pujangga-
(03 Maret 2011 at
10.54 pm)
“Tidurlah
wahai bidadari suciku
Ku tau
lukamu begitu dalam
Rebahkanlah
lelah letihmu
Aku
mohonkan pada Tuhan
Semoga
malaikat menjaga nyenyakmu
Tidurlah
bidadariku
Taburan
seribu kembang cinta
Dan angin
februari yang penuh kasih dan damai menjagamu
Aku tetap
ada di sisimu”
Sang Pujangga-
(10 Februari 2011 at
10.31 pm)
“Cinta itu
seharusnya tanpa syarat
Cinta itu
tidak buta
Karena itu
aku memahamimu
Bila kau
merubuhkannya, aku akan berusaha membangunnya kembali
Adakah kau
dapat mengingkari semua itu?”
Sang Pujangga-
(06 Februari 2011 at
12.31 am)
mantap luar biasa syairx....!!
BalasHapusMantul...
BalasHapus