Sastra menjadi belahan jiwa, Tulisan menjadi sebuah karya

Namaku Melati Lovebird. Kupilih nama 'Melati' karena ia Bunga yang harum, menghiasi hati, putih berseri dan melambangkan tanda suci. Tersemat di indahnya mahkota pengantin saat bahagia di hari yang dinanti-nanti. Aroma merona meneduhkan suasana. Walau tumbuh di antara belukar berduri, kecil mungil tertutup lebatnya dedaunan, namun menebarkan harum tanda cinta yang abadi di sepanjang waktu berganti. Kusandingkan namaku bersama 'Lovebird', sang burung yang tak kan terpisah tanda kesucian cinta. Tak akan pernah membagi hati, tak kan pernah mengkhianati...

Syair Sang Pujangga (2011)

Masa lalu yang tak selamanya indah, menuai kisah yang terkadang hanya menjadi lembaran-lembaran buku kehidupan yang berdebu tanpa rawatan. Untaian syair yang kuabadikan hanya melukiskan kenangan silam. Ketika aku menjadi "Embun Pagi", kepada Sang Pujangga...


"Lihat bagai mana sepajang malam ku jaga tidur mu,
Satu persatu kubuktikan tiap ucapanku dan janjiku tiada berbalas
Tiada berharap hanya menberi, terus menberi,menjaga terus menjaga, melindungi, terus melindungi sampai waktu memanggil ku, dan itulah cinta yang agung tiada bersyarat agung, suci, indah dan iklas,..dan bila sampai waktu ku hanyalah kenangan lah yang tersisa,..dan catatan pada sejarah, bahwa setelah kisah remeo dan juliet tiada,setelah sam pek ing tay, usai, rojali dan juleha tiada,.
masihlah ada tersisa hati ini seperti di bumi,..memuja tampa harus berharap memiliki, inilah catatan pada malam,getaran yang tertulis dengan kesadaran yang dalam tentang cinta,yang di hantar gugurnya pohon kamboja,berhembusnya angin di penghujung tahun, dalam badai dan hujan mengantar sang pengembara sepi,..menuju keabadiaan sepi,.dengan tiada sesal hanya senyum damai dari hati suci pada alam yang sunyi,..Untukmu Embun pagi ku...."
-Sang Pujangga-
(13 November 2010, 5.04 AM)


"Hatiku bagai buku yang terbuka,aku begitu mudah kau baca, tak ada rahasia yang ku pemdan, hanya lembaran masa lalu, yang ingin kuhapus, lewat tanganmu"
-Sang Pujangga-
(November 14, 2010 at 12:43pm)


"Kau hilang entah di mana tampa aku tau,entah apa sebabnya,.. akhirnya, terjawab juga waktu ku,dermaga itu tetaplah sepi. Karena engkau pergi dalam diam"
-Sang Pujangga-
(November 15, 2010 at 11:59am)


"Senyuman di pagi hari hangat terasa menyentuh di kalbu ku,..yang gersang,ku uraikan lewat kedalaman hati,telah ku baca ternyata akhirnya,kehadiran ku hanya sebatas, keinginanmu, maafkan diriku,terlalu berharap pada ruang hampa,
kau bagaikan dewi terlalu tinggi berada di suawargaloka, kupuja namun tiada dapat kugapai, meski telah lelah ujung tangan ku megapai-gapai hati mu, meski telah ku lewati malam-malam sepiku, hari -hari bahagia bersama mu telah ku lewati,namun tetap saja kau tiada dapatku, kusentuh walau hanya hembusan angin mu,.duuh jauah nian kau embun pagiku"
-Sang Pujangga-
(November 23, 2010 at 3:07am)


"Sungguh iklaskan semua yang ku jalani,karena sandaran ku hanyalah,kemuliaan seperti yang kita pahami,.menberi tampa harus berbalas,mencintai tampa harus memiliki,karena cinta adalah cinta berdiri di atas keagungan,kemuliaan,kesuciaan,kemurniaan,dia tiada bersyarat apapun,.kini seperti saat kau temukan,.lelaki pengemabara sepi itu menghabiskan malam melewati lampu-lampu mercury,dan debu-debu kota sendiri dalam rinai hujan,menbaca dan terus meraba makna kedalaman hati mu,tiada lagi tempat yang harus dia singgahi,karena pintu hati telah tertutup hanya untuk nama 'Embun Pagi'.. (ku yakini itu)"
-Sang Pujangga-
(November 23, 2010 at 3:18am)


"Meraba hati yang tak ada cinta,percuma,.akhirnya akan terluka,siapa sebenarnya yang tersakiti bila bermain diantara dua hati,.siapa yang memulai,kenapa mecari untuk mencari jalan untuk mengakhiri bila tak manpu..yang ada akhirnya kesadisan hatimu"
-Sang Pujangga-
(25 Januari 2011 at 9 am)


“Tidakkah kau lihat hujan di luar sana
Begitulah hatiku
Dingin dan beku
Lihatlah, lihatlah langit di sana
Kelam, mendung
Kau hantar jalan bahagia,
Lalu kau tinggalkanku sendiri”
-Sang Pujangga-
(23 Maret 2011 at 12.07 pm)



“Kembara hati ingin bercerita tentang dua hati berlabuh di dermaga
Namun tiada menggapai
Saksi cinta hanyalah di dermaga
Kisah kita membiru
Di dermaga mengisi kenangan hidup kau dan aku
Inilah kenangan biru”
-Sang Pujangga-
(31 Maret 2011 at 9.35 am)

“Pagi, embunku,
Kehilanganmu sesaat coba kupahami walau risau dengan beribu pertanyaan
Kucoba pasrahkan jawaban pada Allah.
Hanya harapan titip cintaku…”
-Sang Pujangga-
(26 Desember 2010 at 9.11 am)

“Malam ini kubiarkan berlalu
Memahami dengan cinta yang tulus dan seluas samudera
Agar tak ada lahir rasa sakit
Tak pernah habis dan tak habisnya kasih ini untukmu
Mengantar tidurmu dengan kedamaian…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at 12.04 am)


“Lihat aku telah berada di penghujung malam
Tapi tak dapat kurebahkan hatiku, jiwa pengembara
Mencoba mengetuk hatimu yang terkadang sangat sulit untuk kuraih…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at 4.11 am)


“Cinta seluas samudera,
Bagai kasih sayang seorang ibu pada anaknya,
Tiada pernah berbalas dan meminta lebih
Selain cintamu.
Setiap lukamu ingin kubalut dengan kasihku,
Setiap lelah izinkan aku membalut setiap peluhmu
Tenangkan dirimu pada cinta yang seluas samudera ini…”
-Sang Pujangga-
(2 Januari 2011 at 12.35 pm)


“Ingatlah hari ini,
Bersama kita perjuangkan cinta kita.
Ku basuh air matamu, kau basuh air mataku.
Lelah sudah jiwamu dan jiwaku
Kukuatkan hatimu, kau kuatkan hatiku
Cukup sudah air mata ini,
Istirahatlah hati yang lelah…”
-Sang Pujangga-
(06 Januari 2011 at 01.15 am)


“Aku menemukan jalan Kekasih Agung itu saat bersamamu,
Aku temukan kedamaian dalam dekapan kasih sayang Khalik saat bersamamu,
Aku telah lewati badai dan kerikil ini juga saat bersamamu,
Bagaimana mungkin aku akan rela melepaskanmu…”
-Sang Pujangga-
(06 Januari 2011 at 09.01 pm)


“Hujan membawa sepi.
Gerimis membawa air mata.
Surya membawa tawa.
Mentari hilangkan cahaya.
Entah dimana hatimu kini berada”
-Sang Pujangga-
(25 April 2011 at 09.56 pm)


“Kembara hati ingin bercerita
Tentang dua hati berlabuh di dermaga
Namun tiada menggapai
Saksi cinta hanyalah di dermaga
Kisah kita membiru
Di dermaga mengisi kenangan hidup kau dan aku
Inilah kenangan biru”
-Sang Pujangga-
(31 Maret 2011 at 09.35 pm)


“Hujan di luar jendela
Mencari jawaban antara keraguan dan kepastian
Tak ingin ada rinai di hatimu
Karena indah senyummu indahkan hariku
Saat bersama usai hujan reda,
Merpati itu pun beranjak kelangit biru”
-Sang Pujangga-
(24 Maret 2011 at 08.55 pm)

“Tidakkah kau lihat hujan di luar sana
Begitulah hatiku
Dingin dan beku
Lihatlah langit di sana
Kelam dan mendung
Kau hantar jalan bahagia padaku
Lalu kau tinggalkan aku sendiri”
-Sang Pujangga-
(23 Maret 2011 at 12.07 pm)


“Lembayung di malam hari
Tiada akan pernah hadir di batas cakrawala
Namun mengapa ia tetap ada
Tersungkur, terjatuh, sakitpun ada
Mengapa kau tetap ada di sini
Diruang rindu dan hatiku”
Sang Pujangga-
(15 Maret 2011 at 1.55 am)


“Kau dekat, sangat dekat sekali di hatiku
Namun kau begitu jauh untuk ku raih
Suaramu, tawamu, kasihmu
Masih begitu terasa di sini
Tapi bagaikan fatamorgana
Tak dapat tersentuh”
Sang Pujangga-
(14 Maret 2011 at 05.58 pm)


“Menanti di ujung asa
Sampai hujan reda basahi diri
Coba larutkan segala kesal dan lelah
Berharap alam bijak kembali bijakkan diri
Walau di tipisnya nyanyian pelangi
Kutunggu kau di ujung dermaga
Sampai kau kembali”
Sang Pujangga-
(11 Maret 2011 at 10.27 pm)


“Rinai hujan bersatu denga rinai hatiku
Menembus dinginnya hujan
Kuteriakkan namamu pada laut
Nisbikan kegilaan
Yang telah kau persembahkan secara utuh padanya
Dan bukan untukku”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at 8.43 pm)


“Jarak dan ruang yang terpisah
Semoga dapat melunakkan amarah yang tak ku mengerti itu
Cepatlah sembuh engkau embun pagiku
Lembut nian hatimu
Keras nian prinsipmu
Biarkan letih tanganku
Menggapai hatimu”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at 6.53 pm)


“Hujan turun sore ini
Adalah catatan hujan dalam rinai ke sekian kali
Dan kau kuharap pergi dalam catatan amarah yang tak ku mengerti
Semoga jarak yang jauh dapat menenangkan hatimu”
Sang Pujangga-
(09 Maret 2011 at 6.53 pm)


“Deru kapal tua
Tali mengait
Langkah gontai luka
Bersit-bersit dalam jiwa
Menggapai dirimu entah sampai kapan”
Sang Pujangga-
(06 Maret 2011 at 3.10 pm)


“Akhirnya terpuruk kembali
Sunyi menjadi teman abadi
Amarah tak mampu ku terjemahkan
Karena alasan yang pantas tak mampu kutemukan”
Sang Pujangga-
(06 Maret 2011 at 3.08 pm)


“Kapan pun kau ingin kembali,
Kembalilah..
Basuhlah lelahmu,
Rebahkan dalam teduhnya kasihku
Kapan pun kau ingin kembali,
Kembalilah..
Aku masih tetap menunggumu”
Sang Pujangga-
(05 Maret 2011 at 11.54 pm)


“Semakin kau jauh berlari dariku
Tak kan pernah aku pergi dari sisimu
Dan aku tak perlu pergi berlari
Karena ku sadari kau tetap ada di hati”
Sang Pujangga-
(03 Maret 2011 at 10.54 pm)


“Tidurlah wahai bidadari suciku
Ku tau lukamu begitu dalam
Rebahkanlah lelah letihmu
Aku mohonkan pada Tuhan
Semoga malaikat menjaga nyenyakmu

Tidurlah bidadariku
Taburan seribu kembang cinta
Dan angin februari yang penuh kasih dan damai menjagamu
Aku tetap ada di sisimu”
Sang Pujangga-
(10 Februari 2011 at 10.31 pm)


“Cinta itu seharusnya tanpa syarat
Cinta itu tidak buta
Karena itu aku memahamimu
Bila kau merubuhkannya, aku akan berusaha membangunnya kembali
Adakah kau dapat mengingkari semua itu?”
Sang Pujangga-
(06 Februari 2011 at 12.31 am)

2 komentar: