Sastra menjadi belahan jiwa, Tulisan menjadi sebuah karya

Namaku Melati Lovebird. Kupilih nama 'Melati' karena ia Bunga yang harum, menghiasi hati, putih berseri dan melambangkan tanda suci. Tersemat di indahnya mahkota pengantin saat bahagia di hari yang dinanti-nanti. Aroma merona meneduhkan suasana. Walau tumbuh di antara belukar berduri, kecil mungil tertutup lebatnya dedaunan, namun menebarkan harum tanda cinta yang abadi di sepanjang waktu berganti. Kusandingkan namaku bersama 'Lovebird', sang burung yang tak kan terpisah tanda kesucian cinta. Tak akan pernah membagi hati, tak kan pernah mengkhianati...

Kamis, 22 November 2012

Mimpiku (Bagian Satu)

Oleh: Melati Lovebird

Aku bermimpi, sebagian kamarku dijadikan musalla (tempat sahalat) untuk keluarga. Perabotan yang ada pun cukup sederhana, dengan keadaan rumah sebelum direnovasi dahulu. Ruangan yang diberi sekat dengan lemari menjadi kamar tidurku, sedangkan sisanya dijadikan musalla rumah (tempat shalat keluarga). Subhanallah aku awalnya tidak menyadari, berhubung keadaan rumah dalam mimpi ini sedang dalam perbaikan (perombakan) perabotan. Kamarku menjadi lebih kecil dan sederhana, hanya ada lemari sebagai sekat ruangan, tidak ada pintu hanya selembar hijab. Ketika memasuki kamar akan terlihat sebuah meja belajar di sana. Sebelah kanan meja terdapat sebuah kursi sofa panjang. Sedangkan disebelah kursi terdapat sebuah tempat tidur yang sederhana bersebelahan dengan jendela…
Namun selain itu aku juga mendapatkan mimpi, ketika tengah asik di kamar dan mondar-mandir di ruangan lain, sebut saja -bang Arul- pujaan hati yang selalu menghiasi pikiran dan hari-hari, menelponku saat itu. Kami terbuai dengan percakapan sederhana. Disela percakapan kami, ia sempat mengatakan sesuatu.
“Dek, besok lebaran bilang sama ibu ya kalau abang jadi datang” katanya dengan lembut dan penuh kecerian karena baru saja kami tertawa dalam canda disela-sela percakapan.
“Yang bener bang? Tapi nanti gak jadi lagi…hehe” sahutku karena mengira ia bercanda.
“Enggak dek, ini bukan perihal main-main. Abang akan datang lebaran nanti” nada bicaranya berubah serius namun masih dengan kelembutan.
Aku terdiam sejenak dan tersenyum penuh pengharapan. Subhanallah jerit batinku.
“Iya bang. Akan adek sampaikan” sahutku dengan hamdalah yang berulang-ulang.
Kurasakan bagaikan nyata. Harapan dan impian yang awalnya telah sirna, kini tiba-tiba saja berubah menjadi bahagia. Aku hanya mampu tertegun dan tak henti menyebut asma Allah dengan penuh syukur. Hingga akhirnya aku pun terbangun... (N10/08/12 -21 Ramadhan 1433H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar